English Version.
“Class...class...”
“yes...yes...”
Well, that’s the catchiest one of several rules
that Mr. Taufiq Effendy applied on my speaking class. If he says “class…class…”
we should reply with “yes…yes…”, the total of “yes” should be equal with the “class…”
that he shouts. He often played us by shouting uncountable amounts of “class”
so we couldn’t answer the exact numbers of “yes”. Can you imagine how witty he
is actually?
Anyway, before I continue my story, I would
like to introduce myself. My name is Ellena, a sophomore year student on English
Education Department, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This semester, I have
the opportunity to continue my pre-requisite subject of speaking class 4 and
meet such a fantastic lecturer.
As I had taken speaking class on my previous semester,
this one is kind of different. It gave such a fascinating first impression. The
lecturer, the methods of teaching, and the class environments are amazing. Those
were represented on our first meeting a few days ago.
First of all, I’ve got a really inspiring
lecturer, Mr. Taufiq Effendy. I am 100% sure that not only me who think this
way, because it is so true. The long tough journey of vision impairment experienced
is very touching and inspiring at the same time. He told us how he struggled to
move on with his condition. But he succeeded. He could achieved his goals even
got many scholarships. He proofed himself that he could do what others people do. He
is on my list of respectable people, indeed.
Second of all, I would like to give my thumbs
up to the method that he uses for teaching speaking class. As I stated earlier,
he has several rules in class that should be followed by all of the students
without any exception. He doesn’t let us
to speak in any language but English. This rule is simple “You are not given
permission to speak or even to whisper in Bahasa Indonesia or any others
language more than 10 times. If you are getting caught, you’ll be punished to write
novel and publish it within a week”, it’s so interesting right. You know what?
Basically, the point of speaking class actually is we speak in English fluently
and correctly, but I’ve never experienced a very dynamic speaking class like
this before. The previous semesters were most likely partly English speaking,
because we still mixed Bahasa Indonesia and English, but yesterday unexpectedly
my peers are using only English during the class. It means that Mr. Taufiq
Effendy’s method is incredibly effective. By the way, that also means nobody wants
to be a novelist in my class, not in a week.
Third of all, the class environment that I had
yesterday is my ideal class. I think, it can be like that is because of the
combination of the humorous lecturer who gives a good vibes on class and the fun
activities that we had. A very serious lecturer often makes the class boring
and stiff, but he got funny jokes like “what did I say” and everyone be like
thinking hard about what did he really said when actually he was joking , “what
did I say” was “what did I say”. It was a bit confusing at first, but then the
students get smarter, and get along well with his jokes. That kind of
entertainment is very amusing and makes the class interesting. Moreover, the activity
that we had in class was very interactive. We were asked to tell the city of
our dream to our peer (randomly picked by counting numbers) that we’ve had
prepared before class, score each other, record our speaking, and transcribed it
for the next assignment. He also explained about modals and to infinitive. A very
unique assignment is this one, blogs writing. Writing is not a thing, but writing
speaking class reflection in blog by tagging the lecturer social media is
something. I don’t know if this kind of assignment is outdated, but I find it
rare and that’s what makes it special.
Hence, Speaking class first meeting was
excellent. Hopefully the next meetings will be as great as I’ve experienced,
and the rules will remain the same till this semester finish. I also expect to
be more fluent and confident in speaking English.
Versi Bahasa Indonesia .
“Class... Class ..."
"yes… yes..."
Nah, itu salah satu dari beberapa aturan yang
paling menarik yang diterapkan oleh Pak Taufiq Effendy pada Speaking Class saya.
Jika dia mengatakan " Class... Class ..." kita harus menjawab
dengan "yes ... yes ...", total "yes" harus
sama dengan "Class..." yang dia teriakkan. Dia sering
mempermainkan kami dengan meneriakkan "Class" yang tak
terhitung jumlahnya sehingga kami tidak bisa menjawab "Yes"
dengan jumlah yang sama. Bisa dibayangkan betapa jenakanya dia sebenarnya?
Bagaimanapun, sebelum saya melanjutkan cerita
saya, saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya Ellena, mahasiswa tahun kedua
di Departemen Pendidikan Bahasa Inggris, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semester ini, saya memiliki kesempatan untuk melanjutkan mata pelajaran
pra-syarat saya Speaking Class 4 dan bertemu dengan dosen yang
fantastis.
Karena saya sudah pernah mengambil Speaking
Class pada semester sebelumnya, saya merasa yang satu ini agak berbeda. Speaking
Class yang sekarang memberi kesan pertama yang sangat menarik. Dosen,
metode pengajaran, dan lingkungan kelas luar biasa. Hal tersebut ter-represetasikan
pada pertemuan pertama kami beberapa hari yang lalu.
Pertama-tama, saya memiliki dosen yang sangat
inspiratif, Bapak Taufiq Effendy. Saya 100% yakin bahwa bukan hanya saya yang
berpikir seperti ini, karena memang begitu benar. Perjalanan panjang yang sulit
dari gangguan penglihatan yang dialami sangat menyentuh dan menginspirasi secara
bersamaan. Dia memberi tahu kami bagaimana dia berjuang untuk menerima keadaan. Tetapi dia berhasil. Dia bisa
mencapai tujuannya bahkan mendapat banyak beasiswa. Dia membuktikan pada
dirinya sendiri bahwa dia bisa melakukan apa yang dilakukan orang lain. Dia ada
dalam daftar orang-orang terhormat saya.
Kedua, saya ingin mengacungkan jempol saya pada
metode yang ia gunakan untuk mengajar kelas berbicara. Seperti yang saya
katakan sebelumnya, dia memiliki beberapa aturan di kelas yang harus diikuti
oleh semua siswa tanpa kecuali. Dia tidak membiarkan kita berbicara dalam
bahasa apa pun selain bahasa Inggris. Aturan ini sederhana, “Kalian tidak
diberi izin untuk berbicara atau bahkan berbisik dalam Bahasa Indonesia atau
bahasa lainnya lebih dari 10 kali. Jika kalian ketahuan, kalian akan dihukum
menulis novel dan menerbitkannya dalam waktu seminggu ", itu sangat
menarik. Tahu tidak? Pada dasarnya, inti dari Speaking Class sebenarnya
adalah kita berbicara dalam bahasa Inggris dengan lancar dan benar, tetapi saya
belum pernah mengalami kelas berbicara yang sangat dinamis seperti ini
sebelumnya. Semester-semester sebelumnya kami berbicar masih tidak sepenuhnya english, karena kami masih mencampur Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris,
tetapi kemarin secara tak terduga rekan-rekan saya hanya menggunakan bahasa
Inggris selama kelas. Ini berarti bahwa metode Pak Taufiq Effendy sangat
efektif. Ngomong-ngomong, itu juga berarti tak seorang pun ingin menjadi
novelis di kelasku, tidak dalam seminggu juga.
Ketiga, lingkungan kelas yang saya miliki
kemarin adalah kelas ideal saya. Saya pikir, bisa seperti itu karena kombinasi
dari dosen yang lucu yang memberikan suasana yang baik di kelas dan kegiatan
yang menyenangkan yang kami miliki. Dosen yang sangat serius sering membuat
kelas menjadi membosankan dan kaku, tetapi dia mempunyai lelucon lucu seperti
"what did I say?" dan semua orang seperti berpikir keras
tentang apa yang sebenarnya dia katakan ketika dia benar-benar bercanda, "What
did I say?" adalah "what did I say?". Awalnya agak
membingungkan, tetapi kemudian siswa menjadi lebih pintar, dan mengerti dengan
leluconnya. Hiburan semacam itu sangat lucu dan membuat kelas menarik. Apalagi
kegiatan yang kami lakukan di kelas sangat interaktif. Kami diminta untuk
memberi tahu kota impian kami kepada rekan kami (dipilih secara acak dengan
menghitung angka) yang telah kami persiapkan sebelum kelas, skor satu sama
lain, mencatat pembicaraan kami, dan mentrasnkrip untuk tugas berikutnya. Dia
juga menjelaskan tentang modals dan to infinitive. Tugas yang
sangat unik adalah ini, menulis blog. Menulis adalah hal biasa, tetapi menulis
refleksi kelas berbicara di blog dengan menandai media sosial dosen adalah
sesuatu. Saya tidak tahu apakah tugas semacam ini sudah ketinggalan jaman,
tetapi saya merasa ini jarang dan itulah yang membuatnya istimewa.
Oleh karena itu, pertemuan pertama Speaking
Class sangat baik. Semoga pertemuan berikutnya akan sama hebatnya dengan
yang saya alami, dan aturannya akan tetap sama sampai semester ini selesai.
Saya juga berharap untuk lebih lancar dan percaya diri dalam berbicara bahasa
Inggris.
Komentar